Lautan Nafsu

Telah sepakat tentang kesempurnaan manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Akan halnya Ruh yang prosesnya ada pada rahasia Allahus Sirry dan mengenai jasad terbentuk dari anasir, anasir api,angin, air dan tanah.

Kedua alam berbeda ini kemudian menyatu sedemikian rupa menjadi wujud manusia yang secara lahiriah tampak dan mempunyai sifat-sifat sbagaimana sifatnya keempat anasir tersebut. Pertemuan masing-masing sifat keempat anasir  dengan ruh itu kemudian memancarkan apa yang dapat kita istilahkan dengan nama “Nafsu” atau “Jiwa” .

Firman Allah:
“ Dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan jasmani)”   (Qs. 81.7)
“Dan nafsu serta penyempurnaan (ciptaan) maka Allah mengilhamkan kepada jiwa (nafsu) itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan”.
(Qs,91 Asy. Syams : 7 – 8)

Nafsu dapat dimisalkan selimut ruh dalam kandungan jasmani, dapat kita bayangkan bagaimana ruh memancarkan cahayanya dengan menembus cermin-cermin nafsu hingga cahaya itu menerpa dengan jasmaniah (tujuh anggota sujud) sampai menampakan pada wujud manusia dalam bentuk tingkah polah yang beraneka ragam sebagaimana warna warninya cahaya nan membias dari sumbernya, pun seperti keaneka ragaman keempat anasir yang menjadi bahan baku jasmani. Begitulah pancaran sinar ruh itu menembus segala nafsu yang beraneka warna itu kemudian membias keseluruh persendian bagian tubuh manusia secara sempurna, lalu mewujudkan sifat yang disebut dalam bahasa kini “Karakter” alias budi pekerti baik atau buruk  yang dilakukannya, ya itulah cermin ruh berbusana nafsu-nafsu yang berdomisili antara abstrak dan kongkrit.
 
Demikianlah keberadaan hidup manusia di bumi dengan nafsu baik dan buruk tersebut yang akhirnya mempergelarkan dampaknya di bumi ini, Allah yang Maha Mengatur telah memperingatkan manusia agar jangan membuat kerusakan di bumi ini , namun yang dikuasai nafsu  oleh nafsu bersifat fasik itu tak mengindahkanya, sehingga bencana pulalah yang terjadi. Perhatikanlah derita akibat perang dunia 1 dan 2, apakah mungkin akan terjadi perang dunia, ke 3 dan 4 dan seterusnya ? semuanya itu bisa terjadi : bila nafsu kefasikan mewarnai manusia. Bencana alam antara lain banjir, longsor, gunung meletus dan gempa bumi, kebakaran, badai topan dan lain semacamnya. Ya semuanya itu, juga terjadi karena keserakahan dan kedzaliman manusia yang selalu memikirkan kebutuhan dirinya dikendalikan oleh hawa nafsunya yang negatif yang bertabi’at tergesa-gesa tanpa memperhitungkan akbiat baik buruknya.

Firman Allah:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dan (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
(Qs.30Ar-Ruum – 41)

Kehidupaan yang gemah ripah loh – jinawi atau dalam bahasa Al-Qur’an yang disebut kehidupan Baldatun Thayibatun Warabun Ghafur. Sungguh penuh dengan keadilan, kemakmuran dan kedamaian nan sejuk di suatu negri yang subur, karena sebagian besar penduduknya dapat mengendalikan  nafsu kefasikan dan kezaliman, serta berjaya menumbuhkan kebaikan maupun ketaqwaan,
seiring terhiasi rasa rasa syukur kepada Allah Rabbul ‘Alamin.

Firman – Nya :
“Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah) maka sesungguhnya ia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri dan seoran yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan mengazab (mereka) sebelum kami mengutus seorang Rasul”
(Qs. 17 Al – Israa :15)

Manusia adalah mahkluk yang di ciptakan Allah Khaliq untuk menjadi khalifah di muka bumi, itulah sesungguhnya Fitrah manusia bersamaan denga perciptaan itu, manusia diberi petunjuk tentang jalan yang harus dilaluinya dan juga sekaligus di lengkapi dengan perangkat nafsu-nafsu baik maupun buruk untuk menelusuri jalan itu, manusia bebas untuk memilih jalan dengan perangkat nafsu  yang telah di sediakan Allahu’Adh.
Silahkan pilih jalan kefasikan atau jalan ketaqwaan. Namun kebanyakan manusia cenderung lupa kepada Fitrahnya, tersebab gejolak berbagai nafsu buruk yang ada dalam dirinya itu tak ditaklukanya, seharusnya kita ingat bahwa manusia diciptakan bukan sebagai hamba dunia terutama nafsu-nafsu serta perangkat sarana yang meliputinya, seperti Takhta, Harta,Pasangan. Namun sebagian manusia cenderung lalai dan mudah tergelincir, sehingga tak sedikit yang memperhambakan dirinya kepada nafsu-nafsu kefasikan, sungguh merugi golongan yang memilih jalan kefasikan.
Dalam hal ini marilah kita merenungkan firman Allah yang Maha penyantun :
“Maka hadapkanlah wajah (dirimu) dengan lurus kepada agama (Allah) (tetaplah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut Fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptan (Fitrah) Allah (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(Qs. 30 Ar Ruum – 30)
Juga Hadits Rasulullah Saw :
“Tidak dilahirkan seorang anak melainkan atas keadaan Fitrah…..”
Firman–Nya :
“Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik kejadian.”
(Qs, 95 Attin – 4)
Setela sempurna kejadiannya: Allahul Karim pun menetapkan sifat kemuliaan untuk seluruh manusia yang menjadi bekal sebagai Khalifah, lautan, daratan, udara dan keseluruhannya tersbut menjadi sumber rizki dan sekaligus menjadi sarana bagi pemeliharaan keberlangsungan hidup jasad manusia.
Selanjutnya Allah Yang Maha Mengetahui  kebutuhan setiap hamba-Nya itu, tidak hanya sekedar mencukupkan dari sudut lahiriah saja, tetapi ia cukupkan pula kebutuhan batin manusia dengan naluri (perasaan), pikiran dan akal. Tidak hanya sekedar itu Allah yang maha Bijaksana pun menanamkan “Nur-Iman dan Islam” pada setiap hati manusia yang menjadi wadah dan tempat tuk menerima keyakinan serta ilmu pengetahuan yang menjadi petunjuk hidupnya.

Sumber : Kitab Samudra Nafsiah
Karya : CMH.Ibrahim

Comments

Popular posts from this blog

Buah delima disebut dalam al-quran dan hadis nabi